Rabu, 02 Mei 2018

Review Novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" Karya Tere Liye


Dia adalah Malaikatku



A.    Identitas buku

-          Judul buku      : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin 

-          Penulis             : Tere Liye

-          Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama

-          Kota terbit       : Jakarta

-          Tebal buku      : 20 cm/264 halaman

-          Jenis buku       : Buku fiksi



B.     Sinopsis

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik

            Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

            Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih di kepang dua.

            Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dri seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.









C.     Resensi Buku

Novel ini menceritakan kehidupan Tania, seorang gadis kecil berkepang dua yang bertumbuh menjadi gadis cantik dan dewasa. Tania berumur sebelas tahun sedangkan adiknya enam tahun. Tania hidup bersama adiknya, Dede serta ibunya. Semenjak tiga tahun lalu, ketika ayahnya meninggal kehidupan mereka menjadi susah. Tania tidak lagi bersekolah, adiknya waktu itu masih berumur tiga tahun. Semenjak itu pula mereka tinggal di rumah kardus karena tidak sanggup membayar sewa kontrakan rumah yang menunggak. Setiap harinya mereka mengamen di tengah kota, dari bus ke bus.

 Pada suatu malam, ketika turun dari  bus sehabis  mengamen, kaki Tania yang tak memakai alas kaki berdarah karena menginjak paku payung. Lalu seorang pria dengan senyumnya yang hangat dan menentramkan menolong Tania. Dia membersihkan luka itu dan membalutnya perlahan-lahan. Itu adalah pertemuan pertama mereka.

Pria itu adalah Danar. Dia adalah seorang karyawan dan penulis buku. Danar terpaut 14 tahun lebih tua dari pada Tania. Tania memanggil pria itu dengan sebutan “Oom Danar”. Oom Danar adalah orang yang baik sehingga ibu, Tania, dan Dede menganggapnya seperti malaikat. Tania benar-benar kagum terhadap Oom Danar karena selain ia baik, dia juga mempunyai wajah yang tampan. Lama kelamaan Tania merasakan perasaan yang berbeda kepada Oom Danar. Namun Tania tidak mengerti perasaan apa itu.

Kehidupan keluarga Tania dan Dede semakin lama semakin membaik. Mereka bahkan bisa pindah dari rumah kardus ke sebuah rumah kontrakan sederhana. Selain itu, ibu mencoba membuka usaha kue kecil-kecilan dengan modal dari Oom Danar. Setelah usaha kue ibu berhasil, Tania dan keluarga tidak perlu lagi mengandalkan bantuan dari Oom Danar.

Hubungan Keluarga Tania dan Oom Danar semakin lama semakin dekat layaknya keuarga. Suasana agak berubah saat oom membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa kesal, ia sangat tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Bertemunya Tania dengan Ratna membuat Tania menyadari bahwa ia memiliki rasa yang istimewa terhadap Oom Danar. Perasaan yang seharusnya tidak boleh ia rasakan.

Beberapa tahun kemudian,  ibu menyusul kematian ayah. Disaat-saat mendekati ajalnya, ibu berpesan kepada Tania bahwa Tania tidak boleh menangis untuk hal apapun dan dalam kondisi sesulit apapun. Tania hanya boleh menangis untuk dia, si malaikat penolong mereka.

Tania tumbuh menjadi gadis cantik dan dewasa seperti yang dikatakan ibunya . Ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Bahkan banyak prestasi berhasil ia raih. Pengalaman hidup yang Tania rasakan menjadikan dia lebih dewasa dari gadis-gadis yang seumuran dengannya.

Perasaannya terhadap Danar itu juga semakin jelas. Perlahan-lahan Tania mengerti bahwa perasaan itu bernama cinta. Tetapi cinta Tania terhadap Danar bukanlah cinta yang menyenangkan karena bertahun-tahun mereka telah bersama dalam status kakak adik, apalagi usia mereka terpaut 14 tahun.

Ketika Tania berulang tahun yang ke-17, Oom Danar dan adiknya Dede datang berkunjung ke Singapura untuk mengadakan pesta ulang tahun untuk Tania di Singapura. Oom Danar memberikan hadiah sebuah liontin bertuliskan ”T” yang menurut Tania sangat berharga untuknya.

Saat acara graduation’s day, Dede, Oom Danar dan pacarnya Kak Ratna datang ke acara tersebut. Saat acara makan malam Oom Danar dan Kak Ratna memberitahu Tania acara pernikahan mereka yang akan dilaksanakan 3 bulan kemudian. Tania menangis karena pemberitahuan ini yang menurutnya sangat menyakitkan seperti saat kehilangan ibunya untuk kedua kalinya.

Tania diminta pulang ke indonesia untuk menghadiri acara pernikahan Oom Danar dan Kak Ratna, yang tentu saja ditolak oleh Tania. Yang membuat Tania bertambah sedih karena Kak Ratna selalu baik kepada Tania dan selalu menganggap Tania sebagai teman.

Danar  dan Ratna akhirnya resmi sebagai seorang suami-istri,  namun Ratna hanya menjadi pelarian perasaan Danar saja. Pernikahan ini telah membuat hati Tania hancur. Namun, pernikahan itu tidak pernah bahagia, Ratna merasa bahwa dia kalah oleh bayangan lain yang dicintai Danar. Tidak ada cinta sejak awal pernikahan Danar dan Ratna. Ratna selalu membagi keluh kesahnya kepada Tania yang sedang bekerja di Singapura lewat email. Hal ini membuat Tania yang telah mau memaafkan tersebut penasaran dan tidak terima dengan perlakuan Danar terhadap Ratna hingga akhirnya Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta.

Pada akhir cerita, Tania mulai berani untuk mengungkapkan perasaannya, menanyakan kepada Danar tentang perasaannya, tentang pernikahannya. Dan ternyata semua benar, Danar memiliki perasaan yang sama dengan Tania. Semua tidak pernah terungkap. Namun, memang cinta tak harus dimiliki oleh keduanya. Konflik yang terjadi diantara keduanya, hanya disebabkan oleh satu hal yakni ketidakberanian untuk jujur terhadap diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar