Minggu, 30 Juli 2017

Review Novel "Pulang" Karya Toha Mohtar

Anak yang Pulang




  • I.        Identitas Buku



  1. Judul Buku                               : Pulang
  2. Penulis                                       : Toha Mohtar
  3. Penerbit                                     : PT. DUNIA PUSTAKA JAYA
  4. Perancang sampul                  : Mardian
  5. Tahun Terbit                            : 1957
  6. Tebal/ jumlah halama            : 71 halaman



  • II.   Isi Ringkasan


“Pulang” merupakan salah satu novel sastra karya Toha Mohtar. Novel ini menceritakan seorang anak manusia yang bernama Tamin yang pulang ke kampung halamannya setelah tujuh tahun pergi meninggalkan kampung halamannya untuk menjadi heiho. Di awal novel ini digambarkan tentang ingatan masa lalu Tamin akan masa kecilnya. Bau dan suasana saat menginjakkan kaki ke tanah tersebut mengingatkan tentang masa kecilnya. Kepulangan Tamin disambut oleh teriakan ibunya serta suara batuk ayahnya. Bayangan selama di perjalanan akan bagaimana rupa ayah,ibu dan adiknya terjawab sudah.
Malam pun semakin gelap, mereka habiskan dengan makan malam dan cerita tentang hal-hal yang terjadi selama tujuh tahun ditengah guyuran hujan yang perlahan mereda. Tapi dia tidak menceritakan bahwa telah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. Istri dan anaknya meninggal saat persalinan. Hal yang ditinggalkan dari keduanya hanyalah ingatan disaat Tamin melihat dan memberikan pelukan itu serta perhiasan kalung emas.   
Keesokan paginya, Tamin membetulkan kandang sapi yang ada serta merapihkan tumpukan kayu. Setelah semuanya telah selesai dikerjakan, Tamin berkata pada adiknya Sumi bahwa besok pagi, dia akan mengajak Sumi untuk membeli sapi dan juga kain untuk adiknya. Sepulang dari pasar emak melihat kandang dan juga tumpukan kayu itu tampak rapih, ia lalu megatakan bahwa mereka tidak memiliki tanah yang dulunya digunakan untuk bersawah. Tanah tersebut telah digadaikan pada orang lain, karena perlu biaya saat bapaknya sekarat.
Tamin berusaha untuk menebus kembali tanah itu, tapi kata ibunya jika dia ingin menebus tanah itu harganya bisa mencapai harga dua kali sapi dewasa. Tampak raut kecewa dibenak Tamin, dari mana uang sebanyak itu bisa ia dapatkan. Lalu ia datang mengunjungi rumah demi rumah, menemui orang-orang tua di kampung sekedar memenuhi adat menampakkan diri sesudah berjalan jauh. Tamin tetap memenuhi janjinya pada Sumi untuk membeli kain pada keesokkan harinya.
Dalam kebimbangan akhirnya Tamin menjual sebuah kalung emas bermatakan permata yang awalnya yang akan dihadiahkan kepada Sumi, untuk menembus sawah dengan letak strategis itu. Setelah beberapa proses, sawah telah beralih tangan kembali ke tangan keluarga Tamin. Betapa senangnya keluarga itu. Tak terkecuali ayah dan ibunya yang keadaannya semakin membaik setelah kedatangan Tarmin. Sumi yang dulunya bekerja keras kini tak perlu lagi bersusah payah karena tugasnya telah digantikan oleh kakaknya.
    Di tengah panasnya sinar matahari yang menyengat, di sawah Tamin kembali melihat gadis cantik yang merupakan adik dari Gamik, bekas temannya yang dibedil Belanda di tengah sawah. Gadis itu bernama Isah. Karena sering melihat Isah, lama-kelamaan tumbuh rasa cinta.
Tamin tidak merasa tenteram dan damai tinggal di desanya. Hati nuraninya tak kuat terus-menerus berbohong kepada orang tua, teman-teman dan penduduk desa. Pujian sebagai pejuang terhadap dirinya makin menambah kegusarannya. Ia tak punya keberanian untuk menceritakan hal yang sebenarnya. Ia takut melihat kekecewaan penduduk desanya apabila mereka tahu hal yang sesungguhnya. Ia juga takut menghadapi kemarahan penduduk desa yang akan mengecapnya sebagai penghianat.    
Tamin sendiri merasa bahwa dirinya bukan pahlawan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela tanah air dan bangsanya. Selama menjadi heiho, ia dan pasukannya dikirim oleh Jepang ke Burma untuk mempertahankan kemerdekaan. Disebabkan ketidaktahuannya dan termakan oleh propaganda yang dilancarkan sekutu, ia bergabung dengan tentara sekutu. Tamin justru bertempur melawan bangsanya sendiri. Namun, ketika mengetahui keadaan yang sebenarnya, ia merasa berdosa.
Akhirnya, ia kembali memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya. Ia pergi tanpa pamit. Pada kepergiaannya yang kedua ini, hatinya tetap merasa tidak tentram dan damai. Ia merasa takut jika nanti bertemu dengan orang di kampungnya. Rasa bersalah terus menghantui dirinya. Ia pergi tak tentu arah dan tujuan.
Dalam perjalanannya, Tamin tersesat di sebuah desa yang tak dikenal olehnya. Di desa itu Tamin bertemu dengan seorang nelayan dan ikut bersama nelayan tersebut dan bekerja di desa nelayan tersebut selama 4 bulan. Setelah lama kepergiaannya dari kampung halaman, Tamin kembali pulang setelah mendengarkan cerita dari Pak Banji, warga desanya, yang mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal, Sumi sang adik terus menangis menantinya, ibunya kembali muram dan tak terurus, dan Isah juga sedih menantinya.
Dari cerita Pak Banji juga Tamin menyimpulkan bahwa penduduk desa tidak mengetahui apa yang sebenarnya ia perbuat. Akhirnya, Tamin tersadar bahwa selama ini ia hanya dihantui oleh rasa ketakutannya.Tamin pun kembali pulang ke desa di kaki Gunung Wilis. Hal yang pertama, yang ia lakukan adalah berziarah ke makam ayahnya dengan nisan kayu jati yang masih baru itu ditanam di samping kubur neneknya dan berjanji tidak akan meninggalkan keluarganya lagi dan mengurus sawah dengan bersungguh-sungguh.
Sesampainya dirumah, Tamin meminta maaf kepada Sumi dan ibunya karena telah meninggalkan mereka. Sumi memaafkannya dan kembali tersenyum serta keceriaan kembali hadir di dalam rumah yang bersejarah itu. Tamin berpesan kepada Sumi yang akan memberi kabar tentang kepulangan Tamin kepada Isah. Pesan Tamin adalah bahwa malam ini dia akan menembangkan lagu Asmaradhana untuk Sumi dan Isah.

  • III. Kelebihan dan Kekurangan


a.       Kelebihan
1.      Penulis menggambarkan peristiwa dan emosi yang terdapat pada cerita secara detail sehingga pembaca dapat menggambarkan dalam imajinasi.
2.      Isinya sangat berbobot akan nilai-nilai moral
b.      Kekurangan


1.      Susunan kata dan bahasa sulit untuk dipahami. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar